Page View

Selasa, 03 Juli 2012

Langkah Kaki Sang Legenda




Balaikota, 9 Februari 2012
Tangan saya lumayan dingin, dan sedikit kaku, saya duduk tertegun di sebuah kursi, disana tak lebih dari 10 meter di depan saya berdiri sesosok laki-laki bertubuh tinggi dan kekar, bersandar di bagian depan bus, ia bersama beberapa orang terlihat tengah meununggu rekan-rekannya yang masih berada di dalam ruangan balaikota sembari sesekali menghisap batang filter yang terselip di antara jari-jarinya. Saya semakin membeku terhimpit dalam situasi yang terhubung dengan waktu, timing, kesempatan, keberanian, percaya diri, urgensi..... satu, dua, tiga, empat, lima detik berlalu dan.......

********************************************************
Minggu, 4 September 2011
Suasana stadion Gelora Bung Karno meski tidak penuh namun begitu hiruk pikuk, diseberang lapangan tampak kemeriahan warna merah berpadu hitam Milanisti Indonesia bermain flare dan bernyanyi chant-chant khas klub besar dari negeri pizza, AC Milan. Di malam yang jatuh beberapa hari setelah hari raya lebaran itu saya di rumah tengah santai di sebuah kursi menikmati acara sepakbola di televisi yang mempertemukan dua klub beranggotakan legenda dari masing-masing team yaitu AC Milan Glorie dan Indonesia Allstar Legend tersebut.
Malam itu awalnya mata saya hanya tertarik kepada satu sosok, pemain Indonesia nyentrik, dengan rambut berwarna, dan selalu tanpa decker alias pelindung kaki dari benturan. Sosok yang selalu membawa ingatan saya kembali ke masa kecil saya ketika melihatnya membela tim dari kota kami. Ia adalah idola bagi seluruh fans, tak terkecuali saya yang waktu itu baru beranjak dari usia belasan pun ikut tersihir olehnya. Kami semua tahu ia seorang bintang, satu dari segelintir pesepakbola tanah air yang sukses berkiprah di negeri orang, dan kala itu ia kembali ke Indonesia untuk "pulang" memperkuat tim kami. Hebat!
Maka dengan antusias malam itu saya menantikan aksi-nya melalui layar kaca dengan rasa penasaran karena entah sudah berapa lama saya absen menyaksikan aksinya dan berharap ia mampu tampilkan suguhan skill yang masih luar biasa. Namun sayang malam itu ia tak tampil prima, hampir pasti diselimuti rasa kecewa dan ogah menonton sisa babak kedua, saya mulai berpikir untuk mengganti acara saja sampai akhirnya munculah satu sosok yang menyita perhatian dari yang lainnya, saat terjadi pergantian kiper dari timnas legenda Indonesia. Sosok yang sebenarnya saya sudah tahu sebelumnya cuma tak pernah hiraukan saja itu justru malam itu tampil menggila, saya dibuat terpana, bayangkan dari beberapa serangan lawan hanya satu gol menembus jala gawangnya, plus satu aksi penyelamatan terbang yang akan diingat karena membuat seluruh pemirsa terkesima.. sosok yang satu ini keren juga.. dan tanpa saya sadar dan duga-duga ternyata waktu itu ia sudah jadi milik tim kota saya sejak beberapa bulan lalu tepatnya.. wah asik... tinggal tunggu kesempatan untuk jumpa dengannya.. legenda timnas Indonesia.

****************************************************************

Balaikota, jam 21 lewat..

.....langkah kaki saya bergetar, setelah bermusyawarah ala setan dan malaikat akhirnya saya putuskan untuk menghampirinya. Dengan menenteng sebuah buku dan spidol saya-pun menembus kerumunan.

"Bang boleh minta tanda tangannya bang?" tanya saya pura-pura pede.

Buku dan spidolpun beralih tangan..

"Wah, dilukis ya?" katanya singkat dan agak terheran melihat ada portrait dirinya yang terpampang ala kadarnya di buku saya tersebut.

"Yang besar ya bang, kasih nama sekalian" kata saya sambil menunjukkan dimana dia harus membubuhkan autograph-nya.

set..set..set.. selesai..
"Bagus juga ya.." katanya sambil menyerahkan kembali buku dan spidol kepada saya.

Saya tersenyum dan berusaha menyalaminya, hampir tangan saya tersulut rokok yang dipegangnya..

*******************************************************
Persik - Tour Magelang - PSS - PSIR - Persipasi - PSCS - Tur Semarang - PSS - PPSM - Tur Sleman - Persepar - PPS...... Emosi saya mendadak menaik tinggi seperti naik rollercoaster, beberapa detik lalu, saya masih ngetweet beberapa kata penyemangat untuk skuad Persis Solo yang akan berlaga sore nanti di piala Indonesia, dengan harapan mendalam akan keutuhan tim dapat terjaga di tengah badai cobaan, namun selang beberapa detik kemudian jauh dari harapan ternyata kenyataan malah berbalik seratusdelapanpuluh derajat tatkala membaca berita kepergian dua punggawa tim, dan salah satunya ternyata menimpa sosok yang saya selama ini selalu berpikir tolong-jangan-dulu pergi..
********************************************************


Di dalam klub sepakbola tidak ada yang abadi, ofisial, pemain bahkan fans pun bisa memutuskan kapan mereka terus mengabdi dan kapan mereka jenuh, resah, lelah, kecewa dan pergi, dengan alasan yang tentu sangat beragam variasi, bukan karena semata tidak loyal tak juga karena mereka tega ingkar janji. Sebagian dari mereka akan datang kembali, selebihnya berlalu menemukan jalan sendiri-sendiri.

Bagi saya keberadaan sang legenda disini sangat memberi arti, dan bagi klub kami berhasil mendatangkannya seakan memberi bukti sinyal kebangkitan tim yang beberapa tahun ini selalu betah bersimpuh di beranda degradasi. Sayang kecerobohan pengurus klub jualah yang kemudian membuatnya menepi, berlarut dan akhirnya hilang di seperempat ujung kompetisi.

Lalu kemana kiranya langkah kaki sang legenda selanjutnya..
Setelah ia memutuskan untuk tak lagi ada, suara sorak-sorai riuh-rendah di stadion kami masih akan terus bergema di setiap laga, sampai nanti saatnya.. mungkin saja, saat kami ditakdirkan untuk kembali berjumpa. Entah saat ia kembali sebagai "keluarga" yang patut dibela atau kembali sebagai lawan yang harus dicerca..


Solo, 15 Mei 2012

- Niko Andreyan -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Post Per Month